Friday, December 16, 2005

My Father
AMIR SALIM

Ayah yang penyayang

Aku ingat saat dulu masih hidup sebagai seorang gadis, dia selalu membawa kami ke tempat-tempat yang asik, alasannya waktu dia ke sana, dia ingat harus membawa anak-anak dan istrinya ke tempat itu agar merasakan juga.

Aku ingat, betapa dia mengerti saat aku begitu bandel dan membangkang aturan-aturan mainnya

Aku ingat, bagaimana dia selalu mendukung semua kegiatanku tanpa banyak tanya

Aku ingat, ia menikahkanku dengan pria yang aku cintai dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang

Aku ingat, aku merasakan kasih sayangnya ada di setiap detail memoriku
Ayah yang (kadang) otoriter
Tapi dia juga kadang suka otoriter, saat punya kemauan (misalnya program jalan-jalan nih ya…), kami as his childs, gak bisa bilang enggak mau kalau di ajak jalan pagi (padahal masih ngantuk, hehe)

Saat mewajibkan kami nonton film-film edukasi (walau kemudian terasa hasilnya, tapi waktu itu namanya anak-anak kan suka merengut)

Waktu dia membawa kami ke pertemuan keluarga yang kadang rasanya menyebalkan sekali, terutama saat semua orang di sana mendadak jadi orang bule yang gak bisa berbahasa Indonesia
Ayah yang pintar
Ayahku ini pintar, tapi repotnya kami jadi harus pintar juga

Ayahku ini pekerja keras, tapi repotnya kami jadi harus doyan kerja juga

Ayahku ini pintar milih istri, tapi repotnya kami jadi harus seperti istri ayah (hehehe)
Ayah yang keras kepala
Ayahku ini keras kepala juga, terutama saat pendapatnya dirasakan paling benar

Akibatnya banyak orang jadi korban dibilang oon (by the way, kalau hanya di
kalangan terbatas enggak apa-apa sih, hehehe)
Namun biar bagaimanapun
Dia adalah ayah kami dan atoek dari anak-anak kami

Dia adalah orang yang selalu ada buat kami

Dia adalah orang tua yang kami cintai

SELAMAT ULANG TAHUN,
Ayah /Atoek Tercinta
(Oleh Rima P. Salim)